Kisah Pilu Sulisnawati, Janda Tangguh di Balik Viralnya Kondisi Rumah yang Memprihatinkan

gubernur sumut INFO SUMUT pemprov sumut

WARTAWAN24.COM –Sosok Sulisnawati (52) mendadak menjadi sorotan publik setelah unggahan mengenai kondisi tempat tinggalnya yang sangat memprihatinkan viral di media sosial. Warga Desa Tanjung Morawa B, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ini dikenal sebagai janda yang sabar dan penuh kesederhanaan, serta aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan seperti wirid yang rutin digelar di desanya.

Dalam kesehariannya, Sulisnawati dikenal sebagai pribadi yang ramah dan tidak pernah mengeluh. Ia selalu hadir dalam kegiatan kemasyarakatan, terutama kegiatan keagamaan, meskipun hidup dalam keterbatasan. Banyak warga desa yang mengenalnya sebagai sosok yang taat beribadah dan tidak pernah absen dalam acara wirid ibu-ibu yang diadakan di musala setempat.

Namun siapa sangka, di balik penampilannya yang selalu bersahaja dan penuh senyum, ternyata Sulis tinggal di sebuah gubuk reyot yang nyaris roboh. Atap yang bocor, dinding kayu yang lapuk, serta lantai tanah menjadi saksi bisu keteguhan seorang perempuan yang telah lama menjanda dan berjuang hidup seorang diri.

Viralnya kondisi rumah Sulis bermula dari unggahan seorang warganet yang kebetulan berkunjung ke lokasi dan terenyuh melihat langsung keadaan yang memilukan tersebut. Foto-foto yang menunjukkan rumah yang nyaris tak layak huni itu langsung menyebar di berbagai platform media sosial, memantik empati masyarakat luas.

Ironisnya, Kepala Desa Tanjung Morawa B, Nazarianti, mengaku baru mengetahui keadaan Sulis setelah unggahan tersebut menjadi viral. Dalam keterangannya kepada awak media, ia menyatakan bahwa selama ini tidak ada laporan ataupun permintaan bantuan dari pihak Sulis maupun warga sekitar terkait kondisi tersebut.

“Kami sangat menyayangkan kenapa hal ini tidak pernah sampai ke pemerintah desa sebelumnya. Namun, sekarang setelah kami tahu, kami akan segera melakukan tindak lanjut,” ujar Nazarianti. Ia juga menyebutkan bahwa pihak desa akan segera mengoordinasikan bantuan bersama Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang.

Banyak pihak kemudian mulai turun tangan. Organisasi masyarakat, kelompok pemuda, hingga tokoh agama setempat mulai melakukan penggalangan dana dan bantuan material untuk merenovasi rumah Sulisnawati. Rasa empati yang meluas ini menjadi bukti bahwa masih banyak masyarakat yang peduli terhadap sesama.

Sulisnawati sendiri mengaku tidak pernah berniat untuk meminta-minta atau mengumbar penderitaan hidupnya. Ia merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, dan selama ini lebih memilih untuk bersyukur meski tinggal dalam kondisi yang serba terbatas. “Saya tidak ingin merepotkan siapa-siapa. Selama saya masih bisa berdiri, saya akan jalani,” ucapnya lirih.

Namun kini, setelah kisahnya menyentuh hati banyak orang, Sulisnawati mulai membuka diri untuk menerima bantuan. Ia merasa bersyukur bahwa Allah SWT menggerakkan hati orang-orang baik untuk membantunya tanpa ia harus meminta. Ia pun berharap rumah barunya kelak bisa menjadi tempat yang nyaman untuk ibadah dan beristirahat.

Kisah Sulis menjadi pelajaran penting bagi banyak orang tentang pentingnya kepekaan sosial. Terkadang, mereka yang paling membutuhkan justru adalah orang-orang yang paling diam dan tidak pernah mengeluh. Kehidupan mereka yang sederhana sering kali menutupi luka dan beban yang mereka pikul sendirian.

Warganet yang pertama kali membagikan kisah Sulis mengaku tidak menyangka bahwa unggahannya akan berdampak begitu besar. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa masih ada warga yang hidup di tengah kemiskinan ekstrem, dengan harapan dapat mengetuk hati banyak orang untuk membantu.

Sementara itu, proses perbaikan rumah Sulis telah mulai dilakukan. Para relawan bergotong royong menurunkan material lama, mengganti kayu yang lapuk, dan membangun kembali rumah kecil itu agar menjadi layak huni. Bantuan terus berdatangan, baik dalam bentuk uang, bahan bangunan, maupun tenaga sukarela.

Kisah ini juga menjadi refleksi bagi pemerintah setempat untuk lebih aktif memantau kondisi warganya, terutama mereka yang hidup dalam kesendirian dan tidak memiliki keluarga dekat. Sistem pendataan dan pemantauan sosial perlu diperkuat agar kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.

Sulisnawati kini bukan hanya dikenal sebagai janda yang sabar, tetapi juga sebagai simbol keteguhan hati di tengah kerasnya hidup. Di balik rumah reyotnya, tersimpan kekuatan jiwa yang tak banyak orang miliki—dan berkat kepedulian banyak pihak, harapan baru pun kini mulai tumbuh di sudut kecil Desa Tanjung Morawa B.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *