Cuaca Buruk Bikin Harga Ikan Laut di Sumut Melonjak Tajam, Warga Keluhkan Kenaikan di Pasar Tradisional

BENCAN ALAM INFO SUMUT

WARTAWAN24.COM — Harga ikan laut di sejumlah pasar tradisional di Sumatera Utara (Sumut) mengalami kenaikan cukup signifikan pada awal pekan ini. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Sumut menyebutkan bahwa lonjakan harga ini dipicu oleh kondisi cuaca buruk yang menghambat aktivitas nelayan di laut.

Menurut data terbaru dari Disperindag ESDM Sumut, harga ikan gembung kini menembus rata-rata Rp 50.000 per kilogram, naik dari sebelumnya sekitar Rp 35.000 hingga Rp 38.000 per kilogram. Kenaikan ini terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Sumatera Utara, terutama di Kota Medan, Belawan, dan Sibolga.

Kepala Disperindag ESDM Sumut, Sri Wahyuni, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir membuat banyak nelayan tidak melaut. “Gelombang tinggi dan angin kencang membuat para nelayan memilih tidak beraktivitas demi keselamatan,” ujarnya, Selasa (14/10/2025).

Selain ikan gembung, sejumlah jenis ikan laut lainnya seperti tongkol, kembung banjar, dan tenggiri juga mengalami kenaikan harga. Di beberapa pasar tradisional, harga tongkol mencapai Rp 60.000 per kilogram, sementara tenggiri bahkan tembus Rp 85.000 per kilogram.

Sri Wahyuni menambahkan, kondisi ini merupakan fenomena musiman yang biasa terjadi menjelang akhir tahun. Namun, dampaknya kali ini lebih terasa karena distribusi hasil tangkapan juga terganggu akibat cuaca ekstrem di beberapa pelabuhan.

“Bukan hanya nelayan yang terdampak, tetapi juga jalur distribusi dari pelabuhan ke pasar. Beberapa kapal pengangkut ikan juga tertunda keberangkatannya,” katanya.

Sementara itu, para pedagang di pasar tradisional mengeluhkan menurunnya pasokan ikan segar dalam sepekan terakhir. Siti Aisyah, pedagang ikan di Pasar Petisah Medan, mengatakan bahwa stok ikan laut berkurang drastis. “Biasanya saya dapat 50 kilogram sehari, sekarang paling cuma 20 kilogram. Harganya naik semua, pembeli juga jadi sepi,” ujarnya.

Kondisi ini juga berdampak langsung pada masyarakat, terutama ibu rumah tangga. Mereka terpaksa mengurangi konsumsi ikan laut dan beralih ke sumber protein lain seperti ayam atau tahu tempe. “Sekarang beli ikan mahal kali, jadi kami ganti menu aja dulu,” ujar Rina, warga Medan Denai.

Disperindag Sumut memastikan pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) serta instansi terkait untuk menjaga stabilitas pasokan. Upaya dilakukan dengan memperluas distribusi dari daerah yang masih memiliki stok ikan melimpah, seperti Tapanuli Tengah dan Nias.

Selain itu, pemerintah daerah juga mendorong optimalisasi cold storage atau fasilitas penyimpanan ikan beku untuk menjaga pasokan di masa-masa sulit seperti sekarang. “Dengan fasilitas penyimpanan yang baik, harga bisa lebih stabil karena stok tetap tersedia,” jelas Sri Wahyuni.

Kenaikan harga ikan laut ini diperkirakan masih akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan hingga kondisi cuaca kembali normal. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumut memprediksi gelombang tinggi di perairan barat Sumatera masih akan terjadi hingga akhir Oktober 2025.

Nelayan di pesisir pantai timur Sumut berharap pemerintah dapat memberikan subsidi bahan bakar dan bantuan alat keselamatan agar mereka bisa segera kembali melaut setelah cuaca membaik. “Kami siap turun melaut lagi, asal aman. Tapi butuh dukungan supaya bisa jalan,” ujar Udin, nelayan asal Belawan.

Menyikapi hal tersebut, Disperindag ESDM Sumut juga tengah mempersiapkan operasi pasar untuk menjaga daya beli masyarakat. Program ini akan difokuskan pada wilayah padat penduduk di Kota Medan dan sekitarnya.

“Operasi pasar ini bertujuan agar harga bahan pangan, termasuk ikan laut beku, tetap terjangkau oleh masyarakat. Kami ingin menghindari inflasi pangan akibat lonjakan harga,” kata Sri Wahyuni menegaskan.

Dengan berbagai langkah tersebut, Pemprov Sumut berharap gejolak harga ikan laut tidak berlangsung lama. Diharapkan, dalam waktu dekat, pasokan kembali normal, nelayan bisa kembali beraktivitas, dan masyarakat dapat menikmati harga ikan laut yang lebih stabil.

Fenomena ini menjadi pengingat penting akan ketergantungan ekonomi pesisir terhadap faktor cuaca. Oleh karena itu, pemerintah menegaskan perlunya penguatan sektor perikanan tangguh yang mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem di masa mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *