
WARTAWAN24.COM – Medan. Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, menyampaikan keprihatinannya terhadap tingginya angka penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatera Utara. Menurut Gibran, permasalahan narkoba saat ini telah menjadi tantangan utama di wilayah tersebut dan membutuhkan penanganan serius serta pendekatan baru.
Pernyataan tersebut disampaikan Gibran dalam kunjungannya ke Medan pada awal pekan ini. Ia menegaskan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan hanya menjadi momok bagi masyarakat, tetapi juga mengancam masa depan generasi muda Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
“Saya berdiskusi dengan Gubernur Sumut, Pak Bobby Nasution, dan beliau mengatakan bahwa narkoba adalah masalah terbesar di provinsi ini,” ujar Gibran dalam konferensi pers di kantor Gubernur Sumatera Utara, Senin (13/5).
Gibran juga menambahkan bahwa langkah-langkah konvensional dalam menangani para pengguna narkoba perlu dilengkapi dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis nilai. Salah satu usulannya adalah memberdayakan lembaga pesantren sebagai tempat rehabilitasi berbasis keagamaan.
“Saya kira pesantren bisa menjadi alternatif rehabilitasi bagi para pengguna, terutama yang masih muda. Di sana mereka bisa mendapatkan pembinaan spiritual dan moral yang kuat,” katanya.
Ia pun mendorong Pemerintah Provinsi Sumut untuk menjalin kerja sama dengan organisasi masyarakat Islam seperti Persatuan Umat Islam (PUI), yang menurutnya memiliki kapasitas dan jaringan pesantren cukup luas di berbagai daerah.
Menurut Gibran, pendekatan spiritual ini telah terbukti membantu pemulihan bagi sejumlah mantan pecandu narkoba di beberapa daerah lain. Pesantren, lanjutnya, bukan hanya tempat pendidikan agama, tetapi juga menjadi ruang pemulihan mental dan sosial.
Gubernur Sumut, Bobby Nasution, menyambut baik gagasan tersebut dan mengaku akan mengkaji kemungkinan kerja sama lintas lembaga guna memperluas upaya rehabilitasi berbasis masyarakat. “Kami akan pelajari model yang diajukan dan melihat potensi pesantren-pesantren yang siap berperan,” ujarnya.
Selain itu, Bobby menyebutkan bahwa pemerintah provinsi juga tengah memperkuat program pencegahan di tingkat sekolah dan komunitas. Edukasi tentang bahaya narkoba akan diperluas melalui kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler di lingkungan pelajar.
“Pencegahan tetap yang utama. Tapi untuk mereka yang sudah terjerumus, pendekatan rehabilitasi alternatif seperti ini sangat kami pertimbangkan,” kata Bobby.
Sementara itu, Ketua DPW PUI Sumut, Ustaz M. Ridho Nasution, menyatakan kesiapannya untuk mendukung program rehabilitasi berbasis pesantren. Menurutnya, PUI memiliki banyak pondok pesantren yang siap berkontribusi dalam memulihkan para pengguna narkoba secara rohani dan sosial.
“Kami menyambut baik usulan Wapres. Kami percaya bahwa nilai-nilai keagamaan bisa menjadi pondasi kuat untuk membentuk kembali karakter anak-anak muda yang terjerumus,” jelas Ustaz Ridho.
Pakar rehabilitasi sosial dari Universitas Sumatera Utara, Dr. Herlina Siregar, menyebut bahwa usulan Wapres Gibran ini bisa menjadi solusi tambahan dalam penanganan narkoba. Namun, ia mengingatkan agar program tersebut tetap diawasi secara medis dan psikologis oleh tenaga profesional.
“Peran pesantren penting, tapi harus ada sinergi dengan tenaga medis agar pemulihan bisa lebih komprehensif,” ujar Herlina dalam wawancara terpisah.
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Sumatera Utara termasuk dalam lima besar provinsi dengan jumlah pengguna narkoba tertinggi di Indonesia. Kota Medan sendiri memiliki lebih dari 50 kawasan yang dikategorikan sebagai zona rawan narkoba.
Dengan meningkatnya keprihatinan dari berbagai pihak, diharapkan pendekatan baru yang menggabungkan nilai keagamaan dan pendekatan medis ini dapat menjadi titik balik dalam memerangi narkoba di Sumut.