Skandal Joki UTBK di USU: Dijanjikan Rp 10 Juta Jika Lulus, Empat Orang Jadi Tersangka

gubernur sumut indonesiaku KASUS KEJAHATAN kepolisian PEKERJA ILEGAL Pemerintahan pemprov sumut POLDA SUMUT

Wartawan24.com – Kasus joki dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) kembali mencuat ke publik. Kali ini, skandal tersebut terjadi di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Sebanyak empat orang joki resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Polsek Medan Baru setelah tertangkap sedang mengikuti ujian masuk menggantikan peserta aslinya.

Kapolsek Medan Baru, Kompol Hendrik Aritonang, menjelaskan bahwa keempat tersangka ini menerima tawaran untuk menjadi joki dengan iming-iming bayaran mencapai Rp 10 juta apabila berhasil meluluskan peserta yang mereka wakili. Namun, jika gagal, mereka tetap akan diberi imbalan sebesar Rp 5 juta sebagai bentuk “uang capek”.

Kasus ini terbongkar saat panitia UTBK mencurigai adanya kejanggalan dalam identitas peserta ujian. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ternyata identitas yang digunakan tidak sesuai dengan dokumen resmi yang ada dalam sistem. Temuan ini langsung dilaporkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.

Penyelidikan cepat dilakukan oleh Polsek Medan Baru, dan hasilnya mengarah pada penetapan empat orang sebagai tersangka. Mereka diketahui berasal dari luar daerah dan diduga telah menjalankan praktik perjokian secara terorganisir.

“Ini bukan pertama kali mereka melakukan aksi seperti ini,” kata Kompol Hendrik dalam konferensi pers pada Kamis (1/5/2025). Ia menambahkan bahwa para joki tersebut diduga memiliki jaringan yang lebih luas dan saat ini polisi masih memburu pihak yang merekrut serta membiayai aksi mereka.

Dari pengakuan para tersangka, mereka direkrut melalui media sosial dan aplikasi pesan instan. Setelah sepakat dengan imbalan dan syarat yang diberikan, mereka diberi identitas palsu serta arahan untuk bisa menyusup ke lokasi ujian.

Modus yang digunakan para pelaku cukup cerdik, termasuk menggunakan teknologi untuk mengubah wajah atau menyamakan foto dengan peserta asli. Namun, berkat kejelian petugas keamanan dan pengawas ujian, aksi mereka berhasil digagalkan sebelum menimbulkan kerugian lebih jauh.

Tindakan tegas terhadap para joki ini mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk dari lingkungan kampus USU sendiri. Rektor USU menegaskan bahwa institusinya tidak akan mentoleransi segala bentuk kecurangan dalam proses seleksi mahasiswa baru.

“Ini mencoreng integritas dunia pendidikan. Kami berharap kasus ini menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang mencoba menempuh jalan curang dalam menempuh pendidikan,” ujar salah satu dosen USU.

Tidak hanya terbatas pada penanganan kasus perjokian, Polsek Medan Baru juga mengusut lebih lanjut adanya dugaan kekerasan yang terjadi dalam proses negosiasi pembayaran. Salah satu korban, pelapor awal kasus ini, disebut mengalami penganiayaan oleh seseorang bernama Umar saat terjadi pertengkaran mengenai pembayaran.

“Karena pelapor menolak permintaan pembayaran lebih, terjadilah pertengkaran mulut. Saat itulah Umar diduga melakukan penganiayaan terhadap pelapor,” jelas Kanit Reskrim Polsek Medan Baru, Iptu Tri Haryanto, pada Jumat (2/5/2025).

Kasus ini pun berkembang menjadi kompleks, tidak hanya menyangkut penipuan dalam ujian tetapi juga kekerasan fisik. Polisi berkomitmen untuk menindak semua pihak yang terlibat, baik sebagai pelaku utama maupun pendukung.

Praktik joki dalam ujian masuk perguruan tinggi bukanlah hal baru di Indonesia, namun dengan sistem digital seperti UTBK, diharapkan kecurangan semacam ini bisa diminimalkan. Sayangnya, kreativitas para pelaku dalam mencari celah masih menjadi tantangan besar bagi panitia ujian dan aparat hukum.

Masyarakat dan pemerhati pendidikan berharap agar kejadian ini tidak terulang di masa mendatang. Mereka mendorong sistem seleksi masuk perguruan tinggi diperketat, serta penggunaan teknologi pengenalan wajah dan verifikasi biometrik bisa lebih dioptimalkan.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa integritas dalam dunia pendidikan harus dijaga bersama. Pemerintah, aparat, dan lembaga pendidikan diharapkan terus bekerja sama untuk menciptakan sistem seleksi yang adil, jujur, dan transparan demi mencetak generasi muda yang berkualitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *