
Wartawan24.com – Misteri hilangnya seorang driver taksi online sejak Minggu, 6 April 2025, akhirnya terkuak setelah aparat kepolisian berhasil menangkap dua orang pelaku yang terlibat dalam kasus ini. Mirisnya, kedua pelaku ternyata adalah penumpang korban sendiri yang merupakan ayah dan anak. Kasus ini sontak menggemparkan masyarakat dan menjadi perhatian publik karena dilakukan oleh dua orang yang memiliki hubungan keluarga.
Personil Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polrestabes Medan bekerja cepat menindaklanjuti laporan kehilangan yang masuk dari keluarga korban. Setelah dilakukan penyelidikan intensif, akhirnya polisi berhasil menangkap dua pelaku yang tinggal di Dusun I, Desa Paya Bengkuang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Kedua pelaku yang berhasil diamankan adalah pria berinisial K (50 tahun), seorang ayah, dan AP (24 tahun), anak kandungnya. Keduanya mengakui telah menghabisi nyawa driver taksi online yang sebelumnya mereka tumpangi. Motif pembunuhan diduga kuat adalah karena niat jahat yang telah direncanakan sejak awal, dengan tujuan untuk merampas mobil milik korban.
Menurut keterangan dari Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Valentino Alfa Tatareda, korban semula menerima pesanan dari aplikasi dan menjemput kedua pelaku seperti biasa. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan selama perjalanan hingga akhirnya korban diarahkan menuju daerah yang sepi. Di lokasi tersebut, pelaku langsung melancarkan aksinya.
Pembunuhan dilakukan secara keji dan tanpa perlawanan berarti dari korban. Setelah korban dipastikan tidak bernyawa, kedua pelaku kemudian membuang jasadnya di lokasi yang jauh dari permukiman agar tidak segera ditemukan. Setelah itu, mereka membawa kabur mobil korban yang kemudian berusaha mereka jual.
Penemuan jasad korban baru terjadi beberapa hari setelah hilangnya korban dilaporkan. Berbekal hasil autopsi dan bukti-bukti di lokasi, polisi mulai menyusun kronologi kejadian. Ponsel korban yang masih aktif serta data terakhir dari aplikasi taksi online sangat membantu dalam melacak jejak pelaku.
Setelah berhasil mengidentifikasi keberadaan kedua pelaku, polisi langsung melakukan penangkapan di rumah mereka tanpa perlawanan. Dari penangkapan tersebut, polisi juga menyita barang bukti berupa mobil milik korban yang sudah dalam kondisi dimodifikasi untuk menghilangkan jejak.
Dalam pemeriksaan awal, AP mengaku bahwa ide untuk membunuh korban datang dari sang ayah, K. Mereka merencanakan kejahatan ini karena alasan ekonomi. Sang anak menyatakan bahwa ia hanya mengikuti perintah ayahnya karena desakan kebutuhan hidup. Namun, kepolisian menegaskan bahwa keduanya tetap akan dijerat pasal yang sama atas tindak pidana pembunuhan berencana.
Kasus ini mengguncang warga sekitar Desa Paya Bengkuang. Warga tak menyangka bahwa K dan AP yang selama ini dikenal sebagai orang biasa bisa melakukan tindakan sekejam itu. Banyak yang merasa prihatin sekaligus takut atas kejadian ini, terlebih karena pelaku dan korban awalnya tidak memiliki masalah pribadi.
Pihak keluarga korban sangat terpukul atas kejadian ini. Mereka tidak menyangka bahwa orang yang terakhir kali berada di dalam mobil bersama korban justru menjadi pelaku pembunuhan. Rasa duka yang mendalam menyelimuti rumah duka, terutama karena korban dikenal sebagai sosok pekerja keras yang menafkahi keluarga dengan menjadi sopir taksi online.
Polisi saat ini terus mendalami kasus tersebut, termasuk kemungkinan adanya pelaku lain atau keterlibatan jaringan penadah mobil hasil kejahatan. Proses hukum terhadap K dan AP akan dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Mereka terancam hukuman maksimal yakni pidana penjara seumur hidup atau hukuman mati.
Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh driver transportasi online untuk selalu waspada terhadap penumpang yang mencurigakan, terutama ketika menerima pesanan untuk lokasi-lokasi terpencil. Penting juga untuk membagikan lokasi secara real time kepada keluarga atau rekan sesama driver sebagai langkah preventif.
Pemerintah daerah bersama pihak kepolisian diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi mengenai keselamatan kerja bagi para driver taksi online. Selain itu, pihak penyedia aplikasi juga didorong untuk memperketat sistem keamanan dan verifikasi penumpang guna mencegah kejadian serupa.
Dengan terbongkarnya kasus ini, masyarakat berharap proses hukum dapat berjalan secara transparan dan adil. Para pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal agar dapat memberikan efek jera dan mencegah kejahatan serupa di masa mendatang. Kasus ini menjadi bukti bahwa kejahatan bisa datang dari siapa saja, bahkan dari mereka yang terlihat tidak mencurigakan.